Sabtu, 11 Mei 2019

Pengganti avtur?

Melambungnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bukan saja membuat pusing industri otomotif. Mereka bisa saja mengembangkan bahan bakar hibrida atau biodiesel. Lalu, bagaimana dengan industri penerbangan?
Pesawat terbang sebagai alat transportasi tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Industri ini juga memerlukan bahan bakar alternatif di luar BBM. Saat ini, ilmuwan dan pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah memutar otak mencari sumber energi alternatif bagi pesawat jet komersial mereka.
Agaknya pencarian itu tidak semudah yang terjadi pada kendaraan biasa. Ilmuwan menghadapi banyak kendala untuk memproduksi dan mengangkut bahan bakar alternatif bagi pesawat terbang. Ada syarat utama di mana bahan bakar tersebut harus mampu bertahan dalam kondisi ekstra dingin saat pesawat berada jauh di atas permukaan bumi. Referensi : https://infonesia.page4.me/
Saat ini, ilmuwan memang sudah menemukan bahan bakar jet alternatif, namun sayangnya justru harganya jauh lebih mahal dibanding bahan bakar yang ada sekarang.
“Jauh lebih mudah mengembangkan bahan bakar bagi kendaraan darat daripada untuk pesawat terbang,” komentar Billy Glover, direktur masalah lingkungan dari Boeing Co seperti yang dilansir AP baru-baru ini.
Biodiesel

Biodiesel
Ilmuwan Boeing sendiri merasa energi alternatif harus segera ditemukan seiring dengan kian melonjaknya harga BBM. Lebih dari itu, Glover menekankan mengenai keberadaan bahan bakar fosil yang terus menyusut.
Mayoritas penerbangan komersial menggunakan bahan bakar yang sama, yakni kerosen. Bahan bakar ini lebih berat daripada bensin yang dipakai pada kendaraan biasa, tapi tidak seberat solar. Bahan bakar ini sengaja didesain setepat mungkin bagi transportasi udara yang mempertimbangkan kondisi suhu rendah di angkasa.
Tentu saja kersosen tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya bahan bakar pesawat terbang, harus dicari bahan bakar lain. Ilmuwan saat ini tengah mempelajari biodiesel, bahan bakar yang terbuat dari kacang kedelai, jagung, dan produk alam lainnya. Sejumlah kendaraan sudah menggunakan bahan bakar biodiesel dan terbukti aman.
Masalahnya, biodiesel yang dapat berjalan baik dipakai pada kendaraan biasa tidak dapat berfungsi ketika dijalankan pada pesawat terbang. Bahan biodiesel akan langsung membeku ketika berada dalam temperatur tinggi. Proses membeku itu bahkan jauh lebih tinggi dibanding dengan bahan bakar tradisional yang masih mampu bertahan pada ketinggian 35.000 kaki. Lalu dicarilah cara agar biodiesel dapat bertahan untuk tidak membeku pada ketinggian tersebut.
Saat teknologi itu sudah ditemukan, muncul masalah baru, yakni masalah keterbatasan lahan untuk menyediakan bahan dasarnya. Di AS tidak ada lahan yang cukup luas untuk ditanami kebun jagung. Kebutuhan pangan manusia jauh lebih diperlukan dari bahan tersebut ketimbang untuk bahan bakar jet.
Robert Dunn, pakar rekayasa kimia dari Departemen Pertanian AS yang saat ini mempelajari biodiesel sebagai bahan bakar jet, merasa bahwa masalah harga menjadi hal utama. “Tantangan saat ini adalah bidang ekonomi. Harga untuk memproduksi biodiesel belum dapat dikatakan ekonomis dibandingkan bahan bakar minyak,” ungkapnya.
Hidrogen Fuel
Hidrogen
Opsi lain yang dapat diambil adalah mencampurkan biodiesel dengan bahan bakar minyak. Pilihan lain yang tidak kalah menantang adalah pemakaian hidrogen sebagai bahan bakar pesawat. Bahan bakar hidrogen ini sudah dipertimbangkan untuk dipakai pada pesawat selama beberapa dasawarsa terakhir.
Gerald Brown, pakar rekayasa senior dari NASA mengatakan bahwa mungkin akan dibutuhkan lebih sedikit modifikasi dalam menjalankan mesin jet dengan hidrogen cair. Kendala besarnya justru terletak pada penyimpanan.
Hidrogen cair harus disimpan dalam temperatur minus 424 derajad Celcius. Selain itu dibutuhkan ruang lebih luas juga untuk menyimpannya. Ini agak sulit sebab semua pesawat terbang mau tak mau harus didesain ulang.
Masalah harga juga menjadi kendala lain yang tidak kalah penting. Hidrogen dapat dipakai saat sudah dikombinasikan dengan elemen lain seperti air, ini menyebabkan munculnya biaya tambahan ketika kita memutuskan untuk memakai hidrogen sebagai sumber energi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar